Monozukuri adalah ungkapan sifat keistimewaan dari hasil industri Jepang, khususnya tingginya kemampuan teknologi dari perusahaan-perusahaan kecil dan menengah di Jepang. Secara literatur, Monozukuri diartikan produksi atau pabrik. Adapun dasar pemikiran Monozukuri adalah gerakan untuk memposisikan ‘attitude’ atau sikap yang tidak hanya melihat hasilnya saja (seperti keuntungan uang, penghargaan lainnya) tapi juga mengandung arti nilai pencapaian kualitas didalamnya. Maksud dan tujuannya Monozukuri adalah untuk membuat suatu acuan atau standarisasi bangsa yang dapat diwariskan kepada generasi berikutnya sehingga warisan ini dapat berjalan terus berkelanjutan.
Monozukuri menjadi arah pandang masnusia dalam bekerja, yang tujuannya bukan hanya untuk hasil produk saja tetapi juga memiliki atau menekankan proses pembuatan dengan ketelitian, ketangguhan, kesungguhan yang terus menerus serta layanan (service) yang dapat dinikmati oleh masyarakat luas. Inilah yang membentuk suatu kultur korporasi yang baik. Monozukuri timbul dari sisi manapun baik dari pekerjanya/buruh, misalnya dalam produksi (pabrik) mobil, umumnya buruh di Jepang bekerja dengan tradisi menjaga/mempertahankan mutu untuk hasil yang terbaik (bermanfaat tinggi) bagi masyarakat luas maupun pelayanannya (untuk kebangkitan ekonomi industrinya). Monozukuri adalah membangun standar dan atau acuan yang tinggi dimana pekerja Jepang mengharapkan dirinya dapat memberikan hasil terbaik yang dapat dinikmati oleh masyarakat luas. Masyarakat Jepang menilai, tukang kayu (Carpenter) lebih banyak menggunakan ketelitian, keuletan, hati yang sungguh-sungguh (keseriusan) didalam melakukan pekerjaannya agar hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat luas, bahkan bisa melebihi para Dokter dan Insinyur didalam melakukan pekerjaannya. Penghargaan pekerja yang memiliki keseriusan hati, penuh idealisme dan demi kepentingan masyarakat luas, akan lebih baik dan bermakna untuk selamanya.
Dalam rangka memahami filosofi Monozukuri secara lebih mendalam Universitas Darma Persada bekerja sama dengan pemerintah Jepang melalui Program Jenesys melakukan studi banding ke beberapa Universitas di Jepang antara lain di Monotzukuri Daigaku (ものつくり大学) , sebuah universitas swasta di Gyoda , Saitama. Dimana para mahasiswanya dididik secara mendalam aspek-aspek desain dan pembuatan barang atau produk. Tidak hanya teknologi tetapi juga filosofi yang mendasari dalam pembuatan produk.
UNSADA mengirimkan 6 utusan dari jurusan Teknik Informatika dari 20 mahasiswa yang diberangkatkan. Mahasiswa tersebut adalah Shafrizal, Achmad Sayuti, Didin Dinarsan, Faisal Mahdi, Umi Fadhilatun dan Febrianto dwi Cahyo.
Kunjungan berlangsung selama satu minggu dan dipenuhi dengan aneka kegiatan pembelajaran. Semoga kegiatan ini akan menambah motivasi para mahasiswa untuk terus mengembangkan diri.